Studium General FEBI : Islamic Studies dan Tantangan MEA

Kamis 07 Mei 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam mengadakan sebuah acara Perkuliahan Umum bertajuk “Islamic Studies dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”. Acara yang diselenggarakan di Aula Gedung Rektorat Lt. 3 ini mendatangkan narasumber  Bapak Dr. Muhammad Zain, M.Ag. Beliau adalah Kasubdit Pengembangan Akademik Ditjen Pendis Kementerian Agama Republik Indonesia.

Acara perkuliahan umum ini merupakan kegiatan rutin fakultas untuk lebih menambah wawasan  dan pengetahuan civitas akademika kampus mengenai materi yang disampaikan. Acara ini juga dihadiri oleh Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Ag, para Dekan dan dosen,  serta ratusan mahasiswa yang terlihat sangat antusias hadir dalam acara tersebut.

Perkuliahan umum ini memberikan pengetahuan mengenai berbagai tantangan masyarakat ASEAN antara lain: (1) Kebutuhan energi yang massif, (2) Kurangnya SDA di sejumlah Negara, (3) Kemacetan lalu lintas yang parah, (4) Lonjakan penduduk, (5) Kurangnya pangan dan air bersih. Melihat tantangan tersebut, kita sebagai masyarakat Indonesia harus bangga karena Negara Indonesia memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah, namun masih ada tantangan lain yang harus segera diselesaikan untuk menghadapi MEA. Tantangan lain sebagai masyarakat Indonesia adalah merubah mental individu, janganlah memiliki mental inferior yang menyebabkan kita merasa seperti “tamu dirumah sendiri”. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus menghilangkan pemikiran bahwasannya orang asing lebih hebat, skillfull, dang menguasai bahasa inggris dengan baik. Padahal mereka banyak belajar budaya dan bahasa kita.

Untuk melihat persaingan antar Negara ASEAN, kita harus melihat potensi Negara lainnya. Seperti Negara Singapura memiliki National University of Singapura yang menduduki peringkat terbaik nomor 20 se-Asia. Universitas Teknologi Malaysia juga menduduki nomor 96 terbaik se-Asia. Negara-negara ASEAN lainnya menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua, bukan bahasa asing. Thailand menerapkan sentralisasi pendidikan agar mudah dalam mengontrol mutu pendidikan, dan memberikan akse bagi anak muda untuk berkreasi dan inovatif serta mampu membangun jaringan di ASEAN. Sedangkan perguruan tinggi di Indonesia harus bersaing dengan 1175 perguruan tinggi lainnya di ASEAN untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam kehidupan global.

Dengan melihat berbagai peluang dan tantangan, maka perguruan tinggi di Indonesia harus melaksanakan berbagai cara antara lain: (1) menyediakan kurikulum dan fasilitas pembelajaran berbasis informasi teknologi, (2) penguatan integrasi ilmu dari lintas fakultas atau lintas program studi, (3) membuat pusat karir (career center) sehingga alumni bisa mengakses informasi lapangan pekerjaan secara cepat, (4) menyiapkan entrepreneur center, agar mahasiswa memiliki jiwa wirausaha, kreatif, dan inovatif. Sehingga menjadi job creater bukan job seeker. Oleh karena itu pada jaman sekarang, “ siapa yang cepat, dia yang dapat” dan “sekarang jaman berebut, maka harus berlari cepat!”

Pada akhir penyampaian materi dalam perkuliahan umum tersebut, muncul beberapa pertanyaan antara lain: (1) Apakah peran mahasiswa untuk mempersiapkan untuk menjadi tuan rumah konferensi busana muslim pada tahun 2020? ; (2) Bagaimanakah seharusnya peran alumni untuk membantu persiapan dalam menghadapi MEA? ; (3) Menurut informasi, bahwa kesiapan masyarakat Indonesia menghadapi MEA sudah mencapai 83%, namun konvensional yang mendapat kepercayaan lebih. Lalu apa yang harus kita persiapkan (Mahasiswa IAIN Tulungagung) untuk menjadi pionir dari sisi islam dalam menghadapi MEA?